BANGKA — Sejak terjadinya penangkapan dan proses penyelidikan oleh Kejagung RI di kepulauan Bangka Belitung terhadap pemain pasir timah, berdampak kepada anjloknya harga timah.
Sejumlah pengepul timah atau kolektor bahkan stop sementara. Bahkan mengutip dari media siber pikiranrakyat.com yaitu Imbas Kejagung Ungkap Kasus Lama, Rakyat Khawatir ‘Tidak Makan’. Tidak hanya terjadi di Toboali saja, namun juga di Kecamatan Belinyu.
James nama samaran warga Belinyu, mengaku dirinya sudah hampir 2 pekan ini tidak mencari timah. Dia mengaku sebagai penambang TI sebu, harga timah yang anjlok membuatnya tidak menambang. Sembari bicara, dia meminta namanya dirahasiakan.
” Haduii, haduii udah off bro. Nggak ada kerjaan lagi ini. Mau nambang sebu timah murah. Ada yang ngambil Rp. 100 Ribu, Rp. 120 Ribu ada juga yang Rp. 100 Ribu,” kata James, Senin (08/01) pagi, saat di jumpai di salah satu warkop di Belinyu.
Sejak beberapa pekan ini, memang menjadi trending soal pengungkapan kasus yang dilakukan Kejagung RI terhadap sindikat mafia timah di Bangka Belitung.
Sejumlah nama besar terseret dalam kasus itu. Uang Ratusan Millyar Rupiah, hingga emas batangan pun ikut dijadikan barang bukti dalam kasus itu. Sejumlah smelter pun dikabarkan stop beroperasi dan ada juga yang ikut terseret.
Hal itu diduga menjadi pemicu anjloknya harga timah yang merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Bangka Belitung.
Aci Salah satu kolektor timah di Kecamatan Belinyu mengaku sudah satu bulan ini tidak melakukan kegiatan pembelian jual beli pasir timah.
” Udah sebulan off broo, nggak tahu sampai kapan,” bebernya.
Ucil warga Bukit Ketok Belinyu, juga mengaku sudah sebulan tidak menambang timah lantaran harganya yang anjlok.
” Off lah, TI sebu saya udah tiarap. Harga nggak sesuai. Mana BBM mahal. Bisa nggak merah bibir istri di rumah. Nggak ngebul dapur. Dapat cuma 3 sampai 4 kilogram,” ucapnya. (Edho)