BANGKA – Panen padi ladang, adalah sebuah adat tradisi bagi masyarakat Dusun Tanjung Batu, Desa Lumut, Kecamatan Belinyu. Biasanya, kalau sudah memasuki akhir tahun, mereka berbondong-bondong pergi ke ladang untuk memetik padi yang sudah mereka tanam sejak beberqpa bulan.
Konon katanya, adat seperti ini sudah menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat Dusun Tanjung Batu sejak puluhan tahun silam. Dan uniknya, padi yang sudah menjadi beras itu menjadi konsumi mereka sehari-hari untuk kebutuhan pangan. Masyarakat setempat biasanya menyebut padi itu adalah padi ladang.
Seperti yang dilihat pada hari ini, Rabu (25/12) pagi, sejumlah masyarakat Dusun Tanjung Batu, pergi ke ladang mereka untuk memanen padi.
Kepala Dusun Tanjung Batu Ismail Alcantara, saat diwawancara wartawan mengungkapkan, hampir sebagian besar masyarakat Dusun Tanjung Batu memiliki ladang sendiri untuk ditanam padi.
Dengan memanfaatkan lahan kosong disamping kebun setiap masyarakat, maka masyarakat setempat membuka ladang untuk menanam padi.
” Kalau luas totalnya ada lah sampai 20 hektaran. Jadi masing-masing warga sini punya misalkan 1 atau 2 hektar lahan yang dijadikan ladang untuk menanam padi,” kata Ismail.
Menurut Ismail, hasil panen padi ladang ini bisa mencapai 1 ton per setiap lahan dengan luas sekitar 1 hektar. Kisaran panennya kata di bulan Desember, dan mulai menanam padi dikisaran bulan Juli atau Agustus.
” Jadi mulai menanam itu kisaran bulan 7 atau bulan 8. Karena mulai masuk musim barat. Dan panennya sekitar bulan ini bulan 12 atau bulan 1. Hasilnya lumayan lah, bisa 1 ton per 1 hektar ladang,” ungkapnya.
Terdengar menarik dengan hasil yang didapatkan seperti itu. Namun jangan salah, ada juga kendala yang menjadi halangan setiap masyarakat menanam padi.
Dilanjutkan Ismail, kendala semakin dekat dengan masa panen adalah burung pipit yang kerap memakan biji padi itu. Ditambah lagi tikus yang kerap memakan biji-biji padi itu.
Maka dari itu kata Ismail, masa perawatan padi itu bisa menjadi hal yang utama bagi setiap petani.
” Nah, kendalanya, kalau mau panen itu, harus dijaga benar. Kayak ladang orang tua saya itu, dari pagi habis subuh orang tua saya sudah ke ladang, jagain padi-padi itu, karena sering dimakan burung pipit atau istilahnya burung peret kalau kami bilangnya. Tikus juga ada, jadi biasanya pasang alat lah kayak orang-orang sawah itu ada, dan perangkap kaleng,” ungkapnya.
Untuk tahun ini lanjut Ismail, hasil padi yang didapatkan masyarakat Dusun Tanjung Batu mencapai belasan ton.
Biji padi yang sudah dipanen itu, kemudian diurai dan lalu digiling sehingga menghasilkan beras yang siap dikonsumsil.
Asmana (56) masyarakat Dusun Tanjung Batu mengaku, sejak pagi hari jelang matahari terbit dia sudah beranjak ke ladang untuk merawat padi yang dia tanam.
” Dari sudah subuh sudah ke ladang, liat padi. Pulangnya sore lah, hampir petang. Semakin dekat panen, semakin gencar lah ngerawat dan ngejaga nya,” kata Asmana.
Kesenangan dan semangat bukan hanya orang dewasa saja pada saat panen itu. Zahra (11) bocah perempuan warga Dusun Tanjung Batu juga gemar ikut Neneknya ke ladang setiap panen padi.
” Senang Om, ikut Nyai lah ke ladang manen padi. Setiap tahun lah kesana,” ucap Zahra, nyengir.
Dengan adanya ladang seperti ini dan antusias masyarakat untuk berladang padi pun masih cukup tinggi, diharapkan bisa menjadi perhatian untuk pemerintah setempat. Apalagi, hal ini menyangkut dengan sektor pertanian dan merupakan bahan kebutuhan pokok. (Edho)