Soal OTT Wartawan, Ketua PWI Bangka Blak-Blakan Bilang Begini…

Bangka92 Dilihat
banner 468x60

BANGKA – Ketua Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI Kabupaten Bangka Zuesty Novianti mengungkapkan, fungsi dari seorang wartawan itu adalah sebagai pengontrol sosial.

Hal itu disampaikan dia, Selasa (17/09) siang, saat menanggapi viralnya kasus Operasi Tangkap Tangan atau OTT yang dilakukan oleh salah satu oknum wartawan dan berujung proses hukum.

Ibu dua anak yang kerap disapa Estie itu menuturkan, fungsi dari seorang bukan untuk menakut nakuti. Apalagi kata dia, terkait sebuah program atau permasalahan yang menyimpang maka kata dia, disitulah peran seorang wartawan.

” Fungsi wartawan itu adalah pengontrol. Bukan menakut – nakuti. Apabila ada sebuah program yang tidak tepat sasaran dan menyimpang, disinilah fungsi wartawan untuk mengembalikan program tersebut kembali pada jalurnya agar tepat sasaran dan berjalan dengan baik. Apabila ada sebuah progam yang menyimpang sudah ada ranahnya yang menindaklanjuti yakni APH. Kita tinggal di negara hukum jadi sesuai ranahnya masing masing,” ungkapnya.

Kata Estie, viralnya kasus OTT oleh pihak Kejaksaan Negeri Pangkalpinang yang menjerat seorang oknum wartawan menjadi prestise buruk bagi dunia jurnalistik.

Akibat kejadian itu, dia pun menantang Aparat Penegak Hukum (APH) mengungkap siapa saja dalang di balik kasus OTT yang menjerat oknum wartawan yang kata dia adalah pecatan Polisi lantaran terjerat kasus narkoba dan beralih menjadi seorang wartawan.

” Kalau yang saya baca beritanya. Oknum ini meminta uang kepada kontraktornya untuk proyek di Pasir Padi dengan bergining menukar untuk tidak dibuatkan berita. Ini jelas jelas bukan kerjaan wartawan karena sudah melanggar kode etik jurnalistik,” ucapnya tegas.

Terlebih lagi lanjut Estie, hal yang menggelitik kata dia, adalah ketika akan ada sejumlah wartawan yang akan menggelar aksi damai terkait sikap APH mengungkap kasus OTT.

Menurut dia, sebagai orang yang berprofesi sebagai wartawan harusnya mendukung Aparat mengungkap kasus kasus yang mencoreng nama baik profesi wartawan.

” Kenapa harus di dukung dengan menggelar aksi. Ini kan lucu, mereka tau gak itu adalah seorang pecatan polisi yang tejerat kasus narkoba dan beralih profesi menjadi wartawan. Apakah sudah benar menjadi wartawan, sudah ada sertifikasinya ?. Kenapa hal yang mengotori dunia jurnalist malah harus kita dukung. Ini kan aneh. Harusnya kita dukung APH ungkap siapa saja yang terlibat,” sindirnya.

Estie melanjutkan, saat ini banyak pandangan buruk masyarakat terhadap profesi wartawan. Karena banyak oknum yang dengan mudah mengangkangi kode etik jurnalistik hanya mengaku wartawan dengan modal memiliki Id Card saja.

Kontraktor, penambang, pengusaha, Pemerintah, politikus sekarang kata dia, banyak diincar olej oknum-oknum yang mengaku sebagai wartawan hanya untuk mendapatkan sejumlah uang. Maka katia dia, hal ini yang tidak bisa dibenarkan dan menyalahi aturan.

Dalam dunia jurnalistik dia menyebut, memang ada investigasi. Dan hal itu kata dia, dilakukan untuk memberikan berita yang lebih mendalam kepada pembaca dan diulas dari berbagai sudut atau lebih objektif.

” Bukan sebaliknya. Mendapatkan bahan untuk ditukarkan dengan uang dan melakukan pengancaman dan pemerasan. Itu tidak benar sudah ada aroma tindak pidananya. APH pun harus turun tangan,” ujarnya.

Maka dari itu, dia pun mengajak masyarakat untuk lebih pro aktif bersuara ketika melihat ada praktek praktek oknum wartawan yang melakukan tindakan yang merugikan banyak orang hanya untuk keuntungan sepihak.

” Saya kerab melakukan edukasi kepada masyarakat dan narasumber. Jangan takut untuk bersuara dan melaporkan praktek praktek kotor yang dilakukan oknum wartawan hanya untuk mencari cuan. Laporkan Jangan takut, kita akan dukung,” demikian Estie. (Edho)

*Sumber : PWI Kabupaten Bangka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *