BANGKA — Agus, salah satu pengurus tambang apung yang ada di teluk kelabat dalam, menyerahkan kompensasi berupa uang tunai hasil penambangan di seputaran perairan dusun Mengkubung, Senin (13/11) malam. Kompensasi itu diterima langsung oleh puluhan masyarakat dusun Mengkubung dan Padang Labu.
Pria asal dusun Tanjung Batu, Desa Lumut, Kecamatan Belinyu itu mengatakan, kompensasi itu memang ditujukan kepada warga dusun mengkubung lantaran memang hak mereka untuk mendapatkannya. Meskipun dia mengaku sudah berhenti menambang dari lokasi dekat perairan batu hitam. Total kompensasi yang disalurkan Agus sebesar Rp. 70 Juta yang dikumpulkan selama 3 hari kerja.
” Allhamdulillah, malam ini kita salurkan kompensasi kepada warga Mengkubung dan Padang Labu. Semoga apa yang diberikan ini dapat bermanfaat untuk masyarakat. Total 3 hari kami kerja, ini kami kumpulkan Rp. 70 Juta, dan ini memang hak mereka untuk mendapatkan ini, dan kami berupaya komit kepada masyarakat. Meskipun kegiatan sudah stop, karena ada laporan dari sejumlah oknum nelayan dan masyarakat. Dan sistem seperti ini, diterapkan seperti di Sunur terus Berbura, kami berikan hak masyarakat. Bahkan ditotalisasi sampai Millyaran Rupiah, maaf bukannya hitung-hitungan,” ungkap Agus.
Agus berharap, bantuan ini dapat berguna bagi masyarakat dusun Mengkubung yang menerimanya. Dia pun menegaskan kelompoknya mundur dari perairan batu hitam yang baru-baru ini kerap dibetitakan. Meski dia mengaku kelompokya tidak bekerja di perairan batu hitam.
Sementara puluhan masyarakat yang menyaksikan penyerahan kompensasi buka suara. Terutama para Ibu Rumah Tangga (IRT) mereka mengucapkan rasa syukur dan mengaku baru kali ini melihat penyerahan kompensasi secara langsung. Mereka pun bersorak supaya penambangan dibawah naungan Agus tetap lanjut.
” Baru kali ini lihat penyerahan kompensasi langsung. Kalau sebelumnya ada, tapi nggak ada lihat uangnya langsung. Kalau begini, lanjut terus lah. Lanjut Pak Kadus !! Banyak pos pam disana, masa cuma punya Pak Kadus yang disorot,” seru para Emak-emak itu.
Buka-bukaan Soal Tambang Laut
Baru-baru ini publik diramaikan pemberitaan tambang apung yang ada di perairan Teluk Kelabat Dalam, atau tepatnya di perairan Batu Hitam, Dusun Mengkubung, Desa Riding Panjang Kecamatan Belinyu. Sejumlah topik seperti penambang yang bandel, bahkan oknum dari satuan tertentu diduga membekingi kegiatan itu. Bahkan lagi, oknum perangkat desa disebut sebagai pengkoordinir kegiatan penambangan itu.
Agus yang merupakan salah seorang pengurus tambang yang sudah lama berkecimpung didunia tambang laut angkat bicara terkait hal itu. Menurut Ag selaku pengurus tambang, dirinya merasa kelompoknya kerap berkontribusi terhadap warga.
” Kita ini kalau masalah kepada masyarakat, ya jangan ditanya lagi. Sejak 2018 lalu tambang laut dimulai, dari Kelapa Hutan, Tanjung Batu kita kasih kompensasi kepada warga. Jadi istilahnya, bukan kerja sembarangan lah,” kata Agus, saat ditemui di Belinyu, Senin (13/11) siang.
Mengenai tambang di batu hitam, pria yang menjabat sebagai perangkat wilayah disalah satu Desa di Kecamatan Belinyu itu mengungkapkan, dirinya diminta untuk turut andil sebagai koordinator penambangan di seputar perairan Mengkubung. Dan itupun kata dia, atas permintaan warga Dusun Mengkubung.
” Sekitar awal bulan tadi, saya diundang warga Mengkubung, untuk rembukan masalah kerja di batu hitam. Disitu ada 3 kubu yang dibolehkan warga untuk bekerja. Kalau sengaja datang kerja disitu nggak ada. Buat apa? Masih ada dokumentasinya, warga sepakat nyuruh kita dan 2 kubu lainnya disitu,” bebernya.
Maka dari itu, Ag menyebutkan siapa saja kubu yang ada di perairan di teluk kelabat dalam. Dan siapa yang dinilai komit?.
” Ada berapa kubu disitu? Dari mulai Pulau Padi, sampai perimping sana? Ada berapa, dan silahkan cek siapa yang komit dalam membantu warga dan ngasih kompensasi, silahkan cek saja,” ucapnya.
Masih kata Agus, soal pemberitaan yang menyebutkan salah satu oknum Kadus itu, dia menjawab kenapa hanya Kadus saja yang disorot. Sementara kata dia, di lapangan yang terjadi banyak kubu penambang yang bekerja mencari timah di perairan Batu Hitam, hingga pulau padj.
” Ada apa ini, hanya seorang Kadus saja yang disorot. Sedangkan fakta di lapangan yang bekerja di pulau padi, batu hitam itu ada 6 kubu. Kenapa cuma tahu dengan Kadus saja. Ada apa ini? Seakan-akan ada kepentingan, hanya satu Kadus saja yang disorot. Jangan terlalu nampak lah,” kata dia.
Berkenaan dengan kompensasi, Agus membeberkan diluar dari kompensasi kepada warga, kelompoknya juga memberikan kompensasi kepada nelayan. Dan itu kata dia, diluar dari kompensasi warga. Seperti halnya, setiap pekan mereka memberikan kompensasi kepada nelayan dusun pudak. Maka kata dia, banyak juga nelayan yang mendapatkan kompensasi khusus. Namun sayangnya kata dia, yang tidak menerima mereka memilih kontra tambang.
Ditutup oleh Agus, dia berharap khususnya kepada aparat penegak hukum, untuk tidak mendengarkan keluhan satu pihak saja. Namun dengarkan juga suara masyarakat yang bergantung hidup dari tambang. Apalagi kata dia berlandaskan kepentingan dari oknum yang memanfaatkan situasi dan ingin berkuasa.
” Saya harap, para aparat penegak hukum, jangan mendengarkan laporan sepihak saja. Misalkan laporan dari oknum warga dari nelayan langsung ditindak. Sementara suara rakyat lainnya yang berharap hidup dari tambang juga banyak. Jadi diharapkan adil lah,” tutupnya. (Edho)