BANGKA – Sejumlah nelayan asal kampung nelayan 1 dan nelayan 2 dan Sungailiat mengungkapkan, sampai saat ini jalur mereka pergi melaut belum terganggu lantaran adanya kegiatan penambangan di jalan laut, kota Sungaliat.
Hal itu diungkapkan Faisal salah seorang nelayan asal kampung Jalan Laut, Kota Sungailiat, Kamis (24/07/2025) siang.
” Kami intinya minta kepada penambang, untuk jalur kami tidak tertutup oleh tailing. Kami minta kerja samanya dengan penambang. Tapi sampai sekarang belum ada kami temukan jalur kami tertutup atau terganggu,” kata Faisal.
Tak menampik kata Faisal, soal penambangan ini yang bisa melakukan penindakan adalah aparat terkait. Namun sampai saat ini kata dia, jalur biasa dia melaut belum terganggu.
Bahkan dihadapan dua rekannya dan perwakilan penambang sampai saat ini masih bisa melaut, termasuk adanya kompensasi yang diberikan pihak penambang kepada rombongan nelayan.
Selain itu, Bujang seorang nelayan asal kampung nelayan 1 kota Sungailiat juga mengatakan sampai saat ini jalur yang biasa dilewati untuk melaut belum terganggu.
” Saya asli nelayan 1. Sudah 10 tahun ini ke laut. Kalau sampe sekarang, ada tambang di jalan laut itu jalur untuk kami ke laut belum terganggu,” kata Bujang.
Senada hal yang sama, Salim nelayan asal kampung nelayan 2 kota Sungailiat juga mengaku belum terganggu jalurnya ke laut sampai saat ini.
” Kalau ke laut sih sudah dari umur 15 tahun. Sekarang Allhamdulillah masuk umur 46 tahun. Kalau kami, sama sampai saat ini belum terganggu jalur kami ke laut,” kata Salim
Berdasarkan pantauan media ini hari ini, nampak penambang bekerja di arah daratan perairan jalan laut dan tidak mendekati kawasan mangrove. Nampak juga, para penambang memasang sejenis wareng untuk membuang limbah usai menambang supaya tidak mengganggu jalur nelayan yang hendak pergi melaut.
*Tanggapan Agus Tanjung Batu*
Baru-baru ini, muncul pemberitaan di salah satu media siber dan media sosial Tiktok terkait kegiatan penambangan di jalan laut. Sejumlah nama dituliskan pada pemberitaan sebelumnya, seperti Agus dari Dusun Tanjung Batu.
Bahkan, dikabarkan pada pemberitaan sebelumnya, ada oknum TNI yang terlibat membekingi kegiatan penambangan itu.
Dihubungi melalui telepon selulernya, Kamis siang, Agus mengatakan, memang ada sejumlah penambang dibawah koordinasinya. Namun kata Agus, bukan hanya kubunya saja yang menambang di jalan laut.
Agus mengaku, atas inisiatif masyarakat setempat meminta dirinya untuk mengakomodir kelompok penambang. Kata Agus, para penambang yang ikut kubunya adalah masyarakat pribumi jalan laut.
” Hedehhh, kalau secara pribadi saya nggak mau berkecimpung. Tapi warga setempat lah minta tolong saya untuk mengakomodir mereka kerja. Dan yang ikut kami warga asli jalan laut, nelayan 1 dan warga nelayan 2 itu lah. Ada 3 kubu disitu. Selain saya ada, informasi yang saya terima dari warga ada kubu lain yaitu kubu Us yang kata masyarakat itu diakomodir Asiang dan ada juga infonya kubu Doni kaling jalan laut. Tapi setahu saya dan kondisi di lapangan, walaupun ada 3 kubu. Situasi masih kondusif. Dan kalau ditotal dari 3 kelompok atau kubu ini palingan total ponton sekitar 40 ponton,” jelasnya panjang lebar.
Agus juga mengaku, para penambang juga sepakat untuk membantu melakukan pengerukan untuk pendalam alur muara yang sebelumnya dangkal, supaya para nelayan tidak susah untuk melintas pergi melaut.
Tak menampik lanjut Agus, aparat keamanan dari Polres Bangka juga sudah pernah datang ke lokasi itu. Namun, lantaran situasi masih kondusif hanya diberikam himbauan kepada penambang.
Agus mengaku, sebelum bekerja di perairan jalan laut itu, dia mengaku sudah melakukan pertemuan dengan sejumlah nelayan.
” Gimana sekarang bilang nutup jalur nelayan. Tadi ada kan wawancara nelayan? Nggak terganggukan mereka. Dan kami, sebelum kerja, sudah ketemu dengan rombongan nelayan,” ujarnya.
Soal adanya isu bekingan dari oknum TNI, Agus menepis kabar itu. Ditambah lagi, adanya kabar penambang bekerja di malam hari.
Menurutnya, sampai saat ini situasi berdasarkan fakta di lapangan masih tergolong kondusif.
” Nggak benar itu. Mana ada pakai beking-beking TNI itu. Ngebeking apaan? Jelas disitu sampai sekarang masih kondusif. Yang bikin nggak kondusif itu, adalah oknum-oknum yang punya kepentingan. Dengan menunggangi dan membawa nama nelayan. Jadi saya harap, jangan lah membuat situasi jadi nggak kondusif, padahal sebaliknya faktanya semua kondusif. Dan kerja malam itu nggak ada. Nggak benar itu,” tegasnya.
Agus mengatakan, jika memang kegiatan penambangan itu menuai penolakan. Sampai sekarang belum ada yang melakukan penolakan bahkan aksi massa.
Berdasarkan pantauan selama kurang lebih satu jam di lokasi panambangan jalan laut. Memang kondisi situasi tergolong kondusif. Masyarakat setempat nampak bahu membahu bersama mencari pasir timah. Berbagai kalangan masyarkat dari berbagai suku baik melayu, tiongkok, buton hingga bugis bersama-sama mencari makan disitu.
Bahkan, tak hanya kaum adam saja. Kaum hawa dengan usia sudah paruh baya hingga usia muda, turun ke sungai mencari pasir timah. Ada yang istilahnya ‘Ngereman’ atau mendapatkan pasir timah dari penambang dengam cara membantu penambang saat mencuci pasir menjadi timah.
Ekonomi sejahtera, masyarakat pun akan senang. Ditambah lagi Pilkada sudah dekat gaess. (Edho)