BANGKA — Puluhan petani sawit mendatangi pabrik sawit dari Desa Mapur, Kecamatan Riausilip, mendatangi PT Gunung Pahlawan Lestari atau GPL, Rabu (02/08) pagi.
Kedatangan mereka adalah untuk menyampaikan aspirasi dan sejumlah tuntutan mereka di depan gerbang pintu masuk pabrik sawit PT GPL. Meski ramai, aksi orasi itu berjalan dengan kondusif dan tidak lama.
Massa tersebut pun bubar, lantaran semua tuntutan diterima oleh pihak PT GPL dan akan membahasnya secara intern bersama pimpinan.
Naga, koordinator aksi itu meminta, kepada pihak pabrik kepala sawit PT GPL untuk tidak mempersulit pembelian kelapa sawit mereka yang mekanismenya dinilai terlalu ribet.
” Karena pabrik sawit PT GPL ini berada di desa kami. Jadi wajar lah kita berharap adanya kemudahan dalam penyaluran buah sawit ke pabrik dengan jalur khusus dan tidak mengantri terlalu lama,” kata Naga, mengutip dari media siber demokrasibabel.com.
Kata Naga, buah kelapa sawit petani di Desa Mapur itu sangatlah banyak, berkisar 600-700 ton per Bulan. Itu pun kata dia, belum seluruhnya dalam kondisi panen. Dan ini tentunya akan menjadi suatu hambatan.
” Kalau antrian itu lama, buah sawit didalam truck kita itu tentunya akan riskan atau pengembalian buah, karena buah sawit itu tidak bisa bertahan lama,” kata dia.
Sementara dari itu, Kepala Perwakilan PT GPL, Adiyansah menerima daripada aspirasi petani sawit tersebut dan akan menampungnya untuk dilakukan pembahasan bersama pimpinan. Kata Adiyansah, saat ini minat masyarakat untuk berkebun sawit mengalami peningkatan.
” Ini kan hanya ada peningkatan produksi saja, apalagi saat ini minat masyarakat berkebun sawit itu sangat banyak dan produksinya pun ikut bertambah. Kalau dulunya di Desa Mapur ini hanya 5-10 truck sawit dan tidak ada masalah, namun kini menjadi bertambah,” kata Adiyansah.
Dilanjutkan Adiyansah, sebelumnya memang sudah ada aturan dan kesepakatannya. Dimana petani SH atau petani di luar PT GPL dan petani umum itu kata dia, mengikuti dengan pola 4 truk petani SH dan 1 truk petani umum.
“Jadi mereka yang berorasi itu adalah petani SH, petani luar PT GPL yang kita bina dan dikasih penyuluhan. Mereka ini juga kita daftarkan, seperti dibuatkan sertifikasi untuk menunjang berkelanjutan kebunnya. Jadi kita akan melakukan pendekatan, sehingga kedepan tidak terjadi miss komunikasi lagi,” tuturnya. (Edho)