BANGKA – Is seorang pria yang kerap diberitakan sebagai koordinator tambang di perairan sungai rumpak, Desa Riding Panjang Kecamatan Belinyu, aangkat bicara dan blak-blakan soal tambang itu.
Ditambah lagi, dia yang kerap disebut-sebut oleh Eko selaku narasumber berita sebagai koordinator penambangan di sungai rumpak, dengan lancar ngobrol blak-blakan dan bersedia statemennya dituangkan di media.
Bahkan pada pemberitaan sebelumnya baru-baru ini, munculnya opini dugaan adanya keterlibatan oknum aparat dari satuan tertentu yang terlibat dalam penambangan itu.
Ditemui di salah satu warung makan di simpang lumut, Kamis (19/12) siang., Is mengungkapkan saat ini sudah memasuki musim barat, maka kata dia jarang sekali nelayan pergi melaut mencari ikan. Ditambahkan Is, mayoritas penambang di perairan sungai rumpak adalah warga Dusun Mengkubung dan ada juga warga Kecamatan Belinyu.
Bahkan kata Is, lokasi yang dilakukan penambangan itu sudah pernah dikerjakan beberapa tahun belakangan. Apalagi kata dia, soal kerusakan mangrove yang diberitakan sebelumnya.
” Heduuhh, Eko lagi, Eko lagi. Biasalah, musim barat ini, siapapun tahu kalau musim barat susah dapat ikan. Eko tekoar-koar. Yang kerja disitu, warga Mengkubung itu lah. Mereka cari makan dari situ. Ada yang jaga malam, ada yang nambang, ngereman. Jadi disitu lah mereka cari makan dan bergantung ekonominya. Dan lokasi sungai rumpak itu, udah 3 tahun lalu dikerjain. Kenapa baru sekarang mau digaungkan. Nah, kenapa baru sekarang bilang pengerusakan. Jadi yang Eko minta tindak itu, selama beberapa tahun belakang itu kemana Eko nya? Apa bermain dia, saat ini mau minta tindak. Eko itu bukan nelayan, tapi tengkulak ikan,” ungkap Is, nada tegas.
Menanggapi pernyataan nelayan atas nama Eko terkait pengerusakan mangrove, Is mengaku kenapa baru saat ini. Bahkan kata dia, di pulau Mengkubung dan sekitarnya yang sudah hancur kenapa tidak dari dulu bersuara.
Bahkan kata Is, sebelumnya di perairan Mengkubung dan sekitarnya banyak kegiatam tambang dari berbagai kelompok. Dia juga menyebutkan, kenapa hanya 8 orang saja nelayan yang menolak kegiatan tambang itu. Sementara kata dia, ratusan nelayan teluk kelabat lainnya berhubungan baik dengannya.
” Jadi kalau Eko minta saya yang bertanggung jawab, di Mengkubung itu banyak yang sudah rusak. Dekat rumah dia juga rusak juga mangrove nya, kenapa diam saja. Kenapa yang nolak cuma 8 orang kubu Eko itu? Ada ratusan nelayan di teluk kelabat ini. Bahkan hubungan baik dengan kita, hasil ikannya jual dengan kita di pos penimbangan,” ujarnya.
” Dan di Mengkubung itu kemarin-kemarin banyak ponton selam, rajuk, upin ipin daerah sungai rumpak itu banyak kubu lain, kenapa Eko nggak mau menyuarakan itu? Kenapa hanya kami saja? Artinya kan tebang pilih,” tambahnya.
Is mengaku sengaja blak-blakan soal ini dipublik, dengan alasan biar masyarakat tahu soal sisi lain dibalik penambangan yang melibatkan banyak orang di sungai rumpak dan sekitarnya itu.
Kata Is, dia menyanyangkan pemberitaan yang menyebutkan jumlah ponton yang bekerja di sungai rumpak sebanyak 300 unit, dan kata dia, terkesan memancing opini yang menjurus fitnah saja.
” Kalau 300 unit itu, udah nampak bener fitnahnya. Berarti yang buat berita nggak ke lapangan,” cetusnya.
Soal dugaan adanya keterlibatan oknum aparat dari satuan tertentu, Is menyebutkan, apakah bisa dibuktikan kebenaran itu? Ditambah lagi, tentang isu adanya pasokan solar secara ilegal yang teroganisir.
” Bisa dibuktikan nggak siapa oknum anggota itu? Baik TNI atau Polri. Dan adanya solar secara ilegal itu dipasok, bisa nggak dibuktikan?,” ujarnya.
Is juga mengaku, meski bukan sebagai warga Dusun Mengkubung, Desa Riding Panjang, dia mengaku diminta warga setempat untuk membantu mengurus kegiatan penambangan itu. Sebab kata dia, warga setempat lebih banyak pro ke penambangan itu, serta untuk membantu pembangunan di dusun itu.
” Saya tahu lah, saya bukan warga Mengkubung. Tapi warga setempat minta saya untuk ngurus disitu. Apa yang enggak nya untuk pembangunan dan buat warga disana? Kompensasi? Sudah Ratusan Juta kemarin kita bagikan. Dan mereka butuh makan, apa kita tega? Mereka yang mayoritas nya mau nambang, mau apa gimana lagi,” jelasnya.
Maka dari itu, kerapnya pemberitaan yang terjadi pasca itu kata Is, aparat penegak hukum pun langsung turun ke lokasi. Dan dia, merasa prihatin melihat itu lantaran merasa aparat juga manusia, butuh waktu senggang bersama keluarga.
Dilanjutkan Is, soal setiap pemberitaan, pasti berujung kepentingan. Bahkan tak sedikit oknum wartawan yang melakukan konfirmasi kepadanya dan berujung meminta bantuan.
Mengingat hal itu, apakah bisa diproses secara hukum terhadap oknum media itu. Sebabnya, dia sudah pernah mengalami hal itu. Melaporkan tindakan oknum wartawan yang berujung meminta fee darinya.
” Jadi tahu lah kepentingannya. Misalkan, dia wartawan jelas dari organisasi apa lah itu jelas misalkan kayak saya dulu. Melapor, yaa ujung-ujung dia dipecat atau dikeluarkan. Tapi walau begitu kan, masih bisa masuk media katakanlah media apa, membuat lagi berita tentang kita. Dan ujungnya kan, karena nggak suka sama kita lah. Jadi tahu lah, intinya kepentingan disitu,” jelasnya panjang lebar.
Dilanjutkan Is sepanjang ini, berbagai macam perilaku para oknum wartawan yang berkomunikasi maupun melakukan konfirmasi kepadanya. Bahkan, ada juga yang meminta uang tebusan dengan alasan menghapus pemberitaan sebelumnya.
” Haduhh Bro-Bro, banyak macam lah tingkah wartawan ke saya ini. Ada yang awal-awalnya konfirmasi ujung-ujung minta bantu. Ada yang adu argumen, lalu buat berita. Ada juga yang tanpa konfirmasi tiba-tiba buat berita. Dan ada pula ya Bro, yang ngajak nego-nego menghapus berita dengan nominal uang,” bebernya blak-blakan.
Maka baginya, hal itu terkesan menyeleneh seakan mau membenturkan dirinya dengan aparat terkait.
Is mengungkapkan, dia siap dipertemukan dengan kubu nelayan yang dianggap kontra atau bertolak belakang dengan dirinya. Namun hingga kini kata dia, belum ada pertemuan itu.
” Coba kalau mau, pertemukan kami dengan pihak Eko itu disuatu forum. Ayo, kita buka-bukaan. Saya siap, kapan maunya,” tegasnya.
Menyikapi hal ini, Is mengaku, dia sadar diri dan siap mundur dari penambangan itu. Dan dia memastikan, paling lambat akhir pekan tidak ada lagi penambangan di perairan itu. Dia juga mengaku, aparat terkait juga sudah mengimbau wilayah itu untuk bersih dari tambang.
” Yaa, kita taat lah. Apalagi media-media keren-keren sudah memberitakan. Biarlah kita mundur saja.Biarlah, Eko itu lah pokoknya menangnya. Kami taat saja, yang penting bukan mementingkan diri sendiri. Kami bergerak untuk masyarakat. Dari Belinyu, Mengkubung, Kampung Baru, Riausilip mereka kerja disana. Jadi biarlah, kita ngalah saja,” ungkapnya, dengan bahasa sejenis legowo.
Kabarnya, tambang di perairan itu kemarin didatangi aparat dari Polairud gabungan Polres Bangka. Para penambang diminta untuk mengkosongkan perairan itu hingga beberapa hari ke depan. (Edho)