Dituding Akomodir Tambang Laut Batu Hitam, Pria Berstatus Kepala Dusun Ini Angkat Bicara

Bangka1285 Dilihat
banner 468x60

BANGKA — Baru-baru ini mencuat berita tentang kegiatan penambangan di perairan Batu Hitam dan pulau Dante, Kecamatan Belinyu. Sebanyak ratusan unit ponton isap dikabarkan mengepung perairan setempat dan dikabarkan sudah menutup jalur tangkap nelayan.

Memang wilayah perairan batu hitam kerap dibicarakan. Perairan yang masih satu lingkup Teluk Kelabat Dalam itu, kerap masuk berita lantaran kegiatan tambang lautnya.

Bahkan, adanya dugaan oknum yang bermain dalam kegiatan penambangan yang diduga kuat terlibat dikegiatan tambang laut itu. Seperti halnya Kadus Tanjung Batu, atau yang kerap disapa Agus.

Dihubungi berulang kali, Agus kepada wartawan akhirnya buka suara. Dengan tegas, dia menjawab dirinya tidak ada terlibat dalam penambangan di perairan pulau Batu Hitam dan sekitarnya.

Kata Agus, sebetulnya dia enggan merespon adanya kabar itu. Namun karena dia merasa sebagai perangkat wilayah, maka dia angkat bicara soal itu.

” Sebenarnya malas dan nggak mau nanggapi. Tapi karena ada tudingan sebagai Kadus, dan saya merasa sampai saat ini masih jadi Kepala Dusun, jadi saya angkat bicara lah. Ngaco wartawan yang buat berita itu. Sah-sah ponton-ponton binaan kami parkir di pelabuhan Tanjung Batu sana. Ada kalau kerja, tapi di Tanjung Batu lah, itu pun warga-warga nyari sisa-sisa untuk nyambung hidup. Kalau Batu Hitam, Pulau Padi silahkan cek lah, nggak ada saya kerja atau akomodir disitu,” kata Agus, Jum’at (02/05) siang, melalui sambungan telepon selularnya.

Dia juga mengaku, tidak ada mendapat konfirmasi dari wartawan yang menerbitkan berita tudingan tentangnya.

Agus melanjutkan, sejak sebelum bulan puasa lalu. Dia tidak lagi ikut campur atau terlibat di penambangan laut Batu Hitam.

” Dari sebelum puasa, kita nggak ada lagi kerja di batu hitam itu. Bahkan sampai Dante. Makanya, campur kesal dan kurang terima juga saya dituduh kerja di batu hitam,” bebernya.

Maka dari itu, dia merasa kesal lantaran tudingan kabar yang menyangkut namanya bahkan dengan berita yang beredar.

” Aneh, gimana sih wartawan yang nulis berita itu? Dimana sih Desa kelapa dalam, dimana sih Desa Dante. Kami bacanya pun nggak ngerti beritanya. Artinya, wartawan yang buat beritanya nggak ke lapangan donk. Aneh, yang kayak gitu bisa aja jadi wartawan. Jangan nunjukin lah kebodohan lah, data nggak jelas nuding pula,” ungkapnya.

Disinggung bagaimana tindakannya dalam hal berita tudingan itu, Agus masih belum menjawab hal itu. (Edho)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *