Nelayan Datangi Tambang di Sungai Rumpak Berujung Cekcok Mulut, Ujungnya Dorong-dorongan

Bangka223 Dilihat
banner 468x60

BANGKA – Sekelompok orang yang menyebutkan mereka nelayan asal Dusun Mengkubung, Kecamatan Belinyu, menghampiri satu per satu ponton ti rajuk yang ada di perairan Sungai Rumpak, Sabtu (05/10) sore.

Mereka meminta para penambang untuk menghentikan kegiatan penambangan di sungai itu. Tak hanya itu, mereka juga mendatangi pos penimbangan di sekitar perairan itu.

Bahkan, aksi mereka diatas pos penimbangan itu berujung cekcok mulut dan untung saja tidak terjadi baku hantam.

Bahkan aksi itu juga disiarkan di salah satu media siber, kemarin malam.

Salah satu pihak penambang yang meminta namanya disamarkan inisial Dk mengaku, dia bersama rekannya tidak ada memancing keributan saat para nelayan itu mendatangi pos penimbangan mereka.

” Kalau mulai awal sih, saya nggak ada mancing-mancing untuk ngajak berkelahi. Mereka datang juga kami terima, dan kami biasa-biasa saja,” ungkapnya, dalam percakapan telepon, Sabtu malam.

Dk mengaku saat cekcok mulut terjadi, salah satu nelayan mendorongnya seakan hendak mengajaknya berkelahi. Namun diakui Dk, dia enggan untuk berkelahi.

” Nah, pas cekcok itu. Ada satu nelayan, saya nggak mau sebutkan lah namanya. Mendorong saya ini, dan seolah ngajak berkelahi. Saya nggak mau lah sampai berkelahi, orang sama-sama cari makan kok,” beberenya.

Dk mengaku, selama menambang di seputaran perairan Mengkubung, tak sedikit nelayan yang dia kenal. Bahkan, mereka pun merasa berkontribusi kepada masyarakat Dusun Mengkubung dan sekitarnya.

Kegiatan penambangan di sungai rumpak itu juga terendus salah satu nama yakni Ismail yang disebut sebagai pengkoordinir para penambang di perairan itu.

Ismail yang saat itu dikonfirmasi mengaku, jika memang ada penolakan dalam hal ini seharusnya dilakukan sejak setahun lalu saat ratusan ponton beserta puluhan kubu yang menambang disitu.

Dia mengaku, perairan itu sudah pernah dikepung ratusan unit ponton dari 10 kubu pengurus.

” Kalau mau nolak, dan komplain ke pos pam-pos pam. Setahun kemarin lokasi itu dikerjain 10 kubu, kenapa nggak semua pos pam didatangi. Lokasi juga bekas, kerja disitu 4 hari baru. Nggak ada hasilnya,” kata Ismail, melalui sambungan telepon selulernya.

Ismail membeberkan, tak jauh dari lokasi yang dimaksud tepatnya di dekat pulau Mengkubung juga terdapat ti rajuk yang bekerja dan tidak di komplain.

” Cuma berapa ratus meter dari kami, ada juga ponton-ponton yang kerja dekat pulau Mengkubung sana. Kenapa nggak di komplain, kenapa cuma kami saja,” ucapnya tegas.

Sementara salah seorang penambang inisial At saat dihubungi wartawan mengaku, ikut menambang di perairan itu karena alasannya mencari makan dan kebutuhan hidup.

Apalagi kata At, sudah hampir 5 bulan ini dia berhenti menambang dan bekerja serabutan.

” Yaa cari makan lah Pak, ngidupin anak bini. Sudah 5 bulan ini nggak nambang total. Kerja serabutan, kebutuhan ekonomi ningkat. Musim saroh Pak, kami pun mau cari makan. Kadang-kadang sedih lah. Sana salah, sini salah,” ungkapnya dengan nada ratapan lirih.

Seorang penyanting sebut saja Yor, yang meminta namanya tidak disebutkan di media ini mengaku, hari ini dia baru saja mau pergi ke laut.

Wanita yang usianya hampir setengah abad itu sebelumnya merasa kegirangan lantaran TI rajuk di teluk kelabat bagian Mengkubung sudah dibuka.

” Weee, betuah memang (pepatah bahasa Bangka, yang bermakna sumpah serapah). Baru lah mau ke laut, nyanting. Tadi liat, ada berita TI rajuk di daerah sungai rumpak masuk koran,” ucapnya.

Para nelayan yang mendatangi pos pam dan sejumlah ponton rajuk itu, menganggap kegiatan penambangan di sungai rumpak itu mengganggu alur perahu mereka.

TI rajuk yang baru beroperasi di seputaran sungai rumpak, Mengkubung, Kecamatan Belinyu memang baru beberapa hari beroperasi.

Meski dari itu, penambangan di wilayah itu menjadi penolakan terus menerus oleh para nelayan. Bahkan hingga tersiar di salah satu media siber.

Memang saat ini, kondisi ekonomi di Kabupaten Bangka bisa dikatakan anjlok. Bahkan bukan hanya masyarakat umum, PNS hingga honorer pun ikut merasakan seperti pemotongan gaji dan uang tunjangan bahkan hingga 50 persen.

Keramaian masyarakat seperti perayaan HUT RI di Kecamatan Belinyu juga tahun ini nampaknya biasa saja. Bahkan, pawai seperti biasa pun tidak ada dengan alasan ekomoni yang sulit. Dan itu sudah disiarkan di media terkait permasalahan itu.

Pilkada yang sudah di depan mata, seakan menjadi momok untuk ajang menyelamatkan perekonomian di Kabupaten Bangka.

Apa mungkin, kegiatan tambang bersifat ilegal maupun mengantongi legalitas bisa membantu perekonomian di Kabupaten Bangka merangkak naik lagi. (Edho)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *